Bumdes Di Banyuwangi Bisa Raup Rp 10 Juta Dari Pengelolaan Sampah
Banyuwangi -Organisasi non-pemerintah (non-governmental organization/NGO) dunia yang dibiayai pemerintah Norwegia dan institusi bisnis Borealis dari Austria, Systemiq, terus melaksanakan pendampingan penanganan sampah maritim di Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Program STOP yang dijalankan telah berjalan satu tahun dengan mendorong peningkatan kapasitas warga desa dalam dilema pengelolaan sampah.
Chief Delivery Officer STOP Project Systemiq Andre Kuncoroyekti mengatakan, pada tahun pertama ini penanganan sampah difokuskan pada Desa Tembokrejo, Muncar, sebab desa tersebut telah mempunyai Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPST 3R).
"Dari awal tujuan kami memang tidak berdiri TPST, namun investasi peralatan untuk akselerasi TPST yang sudah ada semoga lebih efisien. Selain juga kita lakukan pendampingan fisik dan non fisik," kata Andre seusai bertemu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Jumat (8/3/2019).
Dalam pengelolaan tersebut, Systemiq melibatkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebagai pengelola sampah. Mereka dilatih mengoptimalkan sistem pengangkutan, pengumpulan, sampai pengolahan sampah.
Baca juga: Warga Banyuwangi Diajak Diet Kantong Plastik |
"Hasilnya, layanan pengumpulan sampah yang dijalankan BUMDes Tembokrejo sekarang telah meliputi 3.214 rumah, dari awal yang sebelum kami masuk hanya sekitar 400 rumah," terperinci Andre.
Andre mengaku bahagia sebab warga merespons positif adanya pengangkutan sampah ini. Karena, berdasarkan dia, problem sampah di Muncar bahwasanya tidak sekedar dilema perilaku.
"Namun lebih diakibatkan ketidakadaan sistem, ibarat tidak adanya armada angkut. Jadi, membuang sampah ke maritim itu bahwasanya sebab terpaksa. Jadi, adanya 19 armada angkut sampah dikala ini, bagi mereka yaitu solusi," kata Andre.
Di TPST Tembokrejo, sampah yang diangkut dari rumah warga lantas dipilah dan dikelola. Sampah organik dimanfaatkan untuk kompos dan budidaya larva lalat black soldier fly. Larva lalat jenis ini mempunyai kemampuan mengurai sampah organik selain juga sanggup dimanfaatkan sebagai materi pakan ternak.
Sementara yang nonorganik, dipilah sesuai jenisnya untuk dijual. Sejak April 2018 sampai Februari tahun ini, jumlah sampah nonorganik yang terjual mencapai 10,4 ton oleh 16 pengepul sampah.
Setelah berjalan satu tahun, Andre menyatakan, telah ada perubahan fisik sungai di akrab Pantai Satelit. Tumpukan sampah sudah tidak terlalu banyak, di pinggir-pinggir sungai juga tidak ada tumpukan sampah.
"Memang belum sepenuhnya sungai bebas sampah, sebab fokusnya masih satu desa, namun mulai terasa hasilnya," kata dia.
Pengelolaan sampah yang cantik ini, bisa mengerek pendapatan Bumdes. Dulu hanya Rp 3,7 juta per bulan, sesudah kualitas pemilahan meningkat sekarang Bumdes bisa meraup Rp 10 juta dari penjualan sampah.
Untuk itu, pihaknya menargetkan bahwa simpulan Maret 2019 ini sebanyak seratus persen dari 8.900 rumah di Tembokjero akan terlayani pengangkutan sampah.
"Saat ini sampah yang terangkut 2 ton/hari, di simpulan Maret diperkirakan mencapai 10 ton/hari. Melihat manfaatnya, kami akan memperluas cakupan jadwal ini, mengingat potensi sampah di Muncar per hari 47 ton/hari. Target kami 22 ribu kepala keluarga berpartisipasi ikut jadwal angkut sampah ini sampai simpulan 2019.," kata Andre.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, akan mendorong desa lain untuk mengerjakan jadwal serupa. Menurut Anas, jadwal ini yaitu pecahan dari jadwal Smart Kampung.
"Smart Kampung tidak hanya sekadar dilema pelayanan publik, namun juga harus cerdik menemukan solusi atas dilema di daerahnya, termasuk dilema sampah. Ini perlu dicontoh desa lain," kata Anas.
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Bumdes Di Banyuwangi Bisa Raup Rp 10 Juta Dari Pengelolaan Sampah"
Posting Komentar