Bila Palangka Raya Jadi Ibu Kota, Bagaimana Nasib Warga Kalteng? - Indonesia Bisnis

Bila Palangka Raya Jadi Ibu Kota, Bagaimana Nasib Warga Kalteng?

Bila Palangka Raya Kaprikornus Ibu Kota, Bagaimana Nasib Warga Kalteng?Foto: Rektor IAIN Palangka Raya, Ibnu Elmi AS Pelu. (Noval-detikcom)

Palangka Raya -Palangka Raya, Kalimantan Tengah menjadi salah satu opsi wacana pemindahan ibu kota negara. Jumlah urbanisasi dari efek pemindahan ibu kota dikhawatirkan mengalahkan jumlah masyarakat Kalteng yang hanya berjumlah 2 juta jiwa. Lantas bagaimana nasib masyarakat Kalteng?

"Pasti akan terjadi transformasi society dari tradisional ke modern society. Yang kedua, niscaya ada yang disebut asimilasi. Dan itu terjadi pencampuran, kondisi inilah yang alamiah," ujar Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya, Ibnu Elmi AS Pelu kepada detikcom, Kamis (12/7/2017).



Ibnu menjelaskan kondisi alamiah tersebut harus didukung oleh pemerintah pusat dan daerah jikalau nantinya ibu kota negara pindah ke Kalteng. Pemerintah juga sanggup melaksanakan transmigrasi lokal untuk memindahkan masyarakat pedalaman Kalteng ke lahan yang produktif. Sumber daya masyarakat pedalaman juga mesti dibina oleh pemerintah semoga lebih produktif.

"Contohnya, transmigrasi jangan dipaksa dari luar, tapi juga lokal. Makanya dibuatlah pola, berbentuk negara yang mengasuh. Dari dalam Kalteng saja yang ditransmigrasikan, artinya kita mengangkat mereka ke lahan produktif dari lahan yang tidak sanggup disentuh pembangunan infrastrukturnya oleh pemerintah, dan kita alihkan ke daerah yang sanggup disentuh infrastrukturnya," jelasnya.

Ibnu menyebut kondisi sosial politik masyarakat Palangka Raya telah terbiasa dengan proses asimilasi dengan masyarakat pendatang. Hal ini terlihat dari berbaurnya masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang yang bekerja di perkebunan yang ada di Kalteng.

"Contohnya, bahwasanya berapa luas sih perkebunan di Kalteng yang sudah dijalankan oleh investor dari luar? Luas kebun kok yang dikelola investor itu," katanya.

"Maksud saya, dikala kebijakan wacana daerah itu menjadi daerah ibu kota negara, ini masih luas daerah perkebunan kok, dari sejumlah berapa ikatan pengusaha perkebunan kelapa sawit se-Kalteng, lebih luas itu. Misalnya pengalengan industri ikan air tawar, balasannya ada yang mengakomodasi. Kaprikornus kebijakannya tidak sentralis sebatas wilayah Ibu Kota negara itu saja," tambahnya.

Ibnu juga menyebut lokasi wilayah Kalteng siap mendapatkan urbanisasi besar-besaran dari pemindahan ibu kota negara. Namun, ia menyarankan pusat pemerintahan negara berada dalam suatu wilayah yang didukung penyangga wilayah lain yang menjadi pencetus ekonomi warga lokal.

"Enggak ada masalah, Kalteng itu luas, ini yang maksud aku harus ditetapkan kluster. Kaprikornus kluster Ibu Kota pemerintahan itu, betul-betul perkantoran saja. Hanya, yang menyandang aktivitas ekonomi itu kebutuhan aktifitas kantor, misalkan di situ untuk makan pagi, siang, dan malam juga meeting. Dan untuk stay-nya, dihentikan di kluster yang itu (pusat pemerintahan)," tutupnya.

Sumber detik.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Bila Palangka Raya Jadi Ibu Kota, Bagaimana Nasib Warga Kalteng?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel