Tkn Jawab Kritik The Economist Ke Jokowi-Jk - Indonesia Bisnis

Tkn Jawab Kritik The Economist Ke Jokowi-Jk

TKN Jawab Kritik The Economist ke Jokowi-JKJuru Bicara Tim Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily. (Tsarina/detikcom)

Jakarta -Media ternama Inggris, The Economist, mengkritik pemerintah Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), khususnya di sektor ekonomi. Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin menanggapi kritik tersebut.

"Sudah usang Indonesia menyadari perihal pentingnya reformasi struktural sebab pemerintah sangat memahami bahwa kesuksesan ekonomi Indonesia pascakrisis sebagian besar ditopang oleh commodity boom yang sifatnya hanya sementara," kata juru bicara TKN, Ace Hasan Syadzily, mengawali pernyataannya, Sabtu (26/1/2019).

The Economist menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mengedepankan geliat investasi menarik investor di abad Jokowi-JK. The Economist memandang sampai sekarang justru para investor masih ragu untuk menggelontorkan hartanya ke Indonesia. Keraguan itu bukan tanpa alasan. Ada beberapa alasan yang diungkap dan menyentil pemerintah untuk segera mengevaluasi dan berkaca diri, tentunya untuk menjadi lebih baik.



Ace menyampaikan memperbaiki dan melaksanakan reformasi struktural merupakan pekerjaan 'mahabesar' serta membutuhkan waktu yang tidak sedikit dengan penahapan yang jelas. Pemerintah Jokowi 2015-2019, kata Ace, telah merencanakan penahapan itu, yang memulainya dengan reformasi mental untuk menumbuhkan abjad bangsa yang kuat.

"Kemudian pembenahan iklim investasi yang masif biar pengusaha dan industri sanggup membuatkan bisnisnya dengan baik. Tahap selanjutnya ialah mendorong ekspor biar sanggup menjadi penggagas pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucap Ace.

Anggota dewan perwakilan rakyat itu menambahkan, di tengah-tengah kesibukan Indonesia memulai reformasi struktural, pada 2016 konstelasi perekonomian global mengalami perubahan. Geopolitik di negara-negara besar, lanjutnya, yang tiba-tiba berubah arah, ibarat Brexit, telah mengakibatkan ketidakpastian yang meningkat dan mengakibatkan perlambatan ekonomi global. Bahkan perang dagang yang terjadi di antara dua negara raksasa disebutnya telah mengakibatkan arah kebijakan perdagangan di aneka macam negara menjadi cenderung proteksionis.

"Perubahan konstelasi ekonomi global yang tidak sanggup diperkirakan oleh siapa pun, termasuk oleh Presiden RI, yang telah memasang sasaran pertumbuhan ekonomi 7% pada dikala kampanye tahun 2014, telah besar lengan berkuasa cukup besar kepada perekonomian Indonesia dan ekonomi dunia," terang Ace.

The Economist dalam artikel mereka menegaskan banyak pekerjaan rumah yang perlu diperhatikan dalam sektor ekonomi kalau Jokowi terpilih. Bahkan dalam artikel disebutkan bahwa justru kerentanan terbesar pemerintahan Jokowi ialah perekonomian.

Ace berbicara soal terpaan ketidakpastian ekonomi dan politik global selama 2015-2018 ketika, menurutnya, beberapa ekonomi negara berkembang mulai berjatuhan, bahkan sebagian negara masuk ke dalam krisis. Upaya Indonesia di dikala kondisi global ibarat itu, sebut Ace, kesannya harus difokuskan pada langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan ekonomi Indonesia biar tidak ikut terimbas krisis.

"Upaya-upaya masif dilakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia untuk menahan arus dana keluar dan menjaga stabilitas ekonomi, sehingga pasar tidak kehilangan kepercayaannya," tutur Ace.



"Dan, upaya tersebut telah menawarkan hasil yang gemilang. Ekonomi Indonesia sanggup tetap tumbuh sedikit demi sedikit dengan kestabilan yang terjaga. Di tengah ketidakpastian global, Indonesia sanggup tetap tumbuh sebesar 5,1% di tahun 2017 dan 5,2% pada Q3/2018. Pada 2019, ekonomi Indonesia ditargetkan tumbuh sebesar 5,3%. Inflasi sanggup terjaga stabil dan nilai tukar rupiah sanggup dikembalikan pada keseimbangan normalnya," imbuh politikus Partai Golkar itu.

Ace menegaskan pekerjaan rumah untuk melaksanakan transformasi ekonomi struktural akan segera dilakukan dalam periode lima tahun mendatang. Soal kritik mengenai investasi yang dilontarkan The Economist, Ace menyebut upaya perbaikan iklim investasi yang sudah terlihat hasilnya dengan lompatan peringkat Indonesia dalam Ease of Doing Business akan tetap dilanjutkan ke depan.

"Fokus pembenahan ekonomi yang belum sempat disentuh ibarat melaksanakan re-industrialisasi yang tanggap terhadap perkembangan teknologi digital akan menjadi prioritas utama di tahap pembangunan lima tahun berikutnya. Pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan secara masif selama abad Jokowi 2015-2019 akan menjadi modal penting untuk meneruskan langkah reformasi ekonomi di tahapan berikutnya," jelasnya.

"Reformasi dan transformasi struktural membutuhkan kesabaran dan keuletan. Transformasi ekonomi akan menjadi kenyataan kalau adanya keberlanjutan aktivitas pembangunan yang meneruskan langkah yang telah dirintis secara baik oleh pemerintahan Jokowi dikala ini," sebut anggota Komisi VIII dewan perwakilan rakyat itu.

Sumber detik.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Tkn Jawab Kritik The Economist Ke Jokowi-Jk"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel